Tuesday, April 16, 2013

Rindu

Rindu itu adalah
Anugerah dari Allah
Insan yang berhati nurani
Punyai rasa rindu
Rindu pada kedamaian
Rindu pada ketenangan
Rindukan kesejahteraan
Dan juga kebahagiaan
Orang-orang yang bertaqwa
Rindu akan kebenaran
Kejujuran dan keikhlasan
Keridhaan Tuhannya
Orang mukmin merindukan
Anak-anak yang soleh
Isteri-isteri solehah
Keluarga bahagia
Para pencinta kebenaran
Rindukan suasana
Masyarakat yang terjalin
Aman dan sejahtera
Merindukan tertegaknya
Kalimah Allah di muka bumi
Dan dalam merindukannya
Keampunan Tuhannya
Dan seluruh umat itu
Merindukan cahaya
Yang menyinari kehidupan
Rindu pada Tuhan

Lukisan Alam

Hidup tidak selalunya indah
Langit tak selalu cerah
Suram malam tak berbintang
Itulah lukisan alam
Begitulah aturan Tuhan

Jadilah rumput nan lemah lembut
Tak luruh dipukul ribut
Bagai karang didasar lautan
Tak terusik dilanda badai

Dalam sukar... hitunglah kesyukuranmu
Dalam senang... awasi kealpaanmu
Setitis derita melanda
Segunung KurniaanNya

Usah mengaharpkan kesenangan
Dalam perjuangan perlu pengorbanan
Usah dendam berpanjangan
Maafkan kesalahan insan

Dalam diam... taburkanlah baktimu
Dalam tenang... buangkanlah amarahmu
Suburkanlah sifat sabar
Dalam jiwamu itu
Di dalam jiwamu itu

DOA KALBU

Dimalam penuh bintang
Di atas sajadah yang kubentang
Sedu sedan sendiri
Mengaduh pada Yang Maha Kuasa
Betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
Urat nadi pun tahu aku hampa..

Di malam penuh bintang
Di bawah sinar bulan purnama
Kupasrahkan semua
Keluh kesah yang aku rasa
Sesak dadaku
Menangis pilu
Saat ku urai dosa-dosaku..
Dihadapan-MU ku tiada artinya............

Doa kalbu tak bisa aku bendung
Deras bak hujan di gunung sahara
Hatiku yang gersang........
Terasa oleh tenteram...

Hanya Engkau yang tahu siapa aku
Tetapkanlah seperti malam ini
Sucikan diriku selama-lamanya.......

Samar terdengar nyanyian sang mendung

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Samar terdengar nyanyian sang mendung Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung “Apakah matahari sempatkan sengatkan bara Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara” Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar Menyakitkan! Tergadang pada sesenggukan tertahan Semacam petir bersembunyi di singgasana awan Tak terlihat Namun menyimpan ratusan ribu megawatt Kuhempaskan punggung, menengadah suram Bayangnya, ya bayangnya Cintanya, ya cintanya. Oh, cintaku, mana cintaku??! Terlempar kenang ketika dia katakan, “Ada cinta megah menghampiriku. Warnanya bukan biru, tapi merah jambu. Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan… Tak mampu kuhindari tiap percikan.” “Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih.. “Wajahku terlihat sedih, bukan? Tapi hatiku merona Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam. Tak tenang, tapi tenang…” :Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih…. “Tak usah kau sembabkan mata. Bukankah kau seharusnya juga bahagia? Berbilang, hari, bulan, tahun… Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama. Terang di malam hari Siang lenyap dalam surya.” “Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati… Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap Menyadarkan lelamun pada kesan silam Menoktah bekas meski dia telah lenyap Jejak itu nyata mengusung kelam. Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku? Aku tak tahu…. Hanya sebuah cinta baru telah lahir, Dalam perjuanganku yang telah berakhir. Dan aku,, Masih menimang jasad cinta Dalam sadar Dalam kelu Kuturuni tanga keretaku Dalam tatih tertahan di Solo biru Sayup terdengar nyanyian Bon Iver Paksaku ikuti tempo sendu “Come on skinny love, just last the year Pour a little salt, we were never here My, my, my, my, my, my, my, my Staring at the sink of blood and crushed veneer ……………………. …………………….”

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.comdimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..

di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............

doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...

hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......

DOA KALBUKU......
dimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..

di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............

doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...

hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......

DOA KALBUKU......

Samar terdengar nyanyian sang mendung Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung “Apakah matahari sempatkan sengatkan bara Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara” Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar Menyakitkan! Tergadang pada sesenggukan tertahan Semacam petir bersembunyi di singgasana awan Tak terlihat Namun menyimpan ratusan ribu megawatt Kuhempaskan punggung, menengadah suram Bayangnya, ya bayangnya Cintanya, ya cintanya. Oh, cintaku, mana cintaku??! Terlempar kenang ketika dia katakan, “Ada cinta megah menghampiriku. Warnanya bukan biru, tapi merah jambu. Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan… Tak mampu kuhindari tiap percikan.” “Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih.. “Wajahku terlihat sedih, bukan? Tapi hatiku merona Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam. Tak tenang, tapi tenang…” :Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih…. “Tak usah kau sembabkan mata. Bukankah kau seharusnya juga bahagia? Berbilang, hari, bulan, tahun… Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama. Terang di malam hari Siang lenyap dalam surya.” “Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati… Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap Menyadarkan lelamun pada kesan silam Menoktah bekas meski dia telah lenyap Jejak itu nyata mengusung kelam. Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku? Aku tak tahu…. Hanya sebuah cinta baru telah lahir, Dalam perjuanganku yang telah berakhir. Dan aku,, Masih menimang jasad cinta Dalam sadar Dalam kelu Kuturuni tanga keretaku Dalam tatih tertahan di Solo biru Sayup terdengar nyanyian Bon Iver Paksaku ikuti tempo sendu “Come on skinny love, just last the year Pour a little salt, we were never here My, my, my, my, my, my, my, my Staring at the sink of blood and crushed veneer ……………………. …………………….”

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Samar terdengar nyanyian sang mendung Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung “Apakah matahari sempatkan sengatkan bara Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara” Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar Menyakitkan! Tergadang pada sesenggukan tertahan Semacam petir bersembunyi di singgasana awan Tak terlihat Namun menyimpan ratusan ribu megawatt Kuhempaskan punggung, menengadah suram Bayangnya, ya bayangnya Cintanya, ya cintanya. Oh, cintaku, mana cintaku??! Terlempar kenang ketika dia katakan, “Ada cinta megah menghampiriku. Warnanya bukan biru, tapi merah jambu. Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan… Tak mampu kuhindari tiap percikan.” “Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih.. “Wajahku terlihat sedih, bukan? Tapi hatiku merona Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam. Tak tenang, tapi tenang…” :Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih…. “Tak usah kau sembabkan mata. Bukankah kau seharusnya juga bahagia? Berbilang, hari, bulan, tahun… Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama. Terang di malam hari Siang lenyap dalam surya.” “Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati… Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap Menyadarkan lelamun pada kesan silam Menoktah bekas meski dia telah lenyap Jejak itu nyata mengusung kelam. Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku? Aku tak tahu…. Hanya sebuah cinta baru telah lahir, Dalam perjuanganku yang telah berakhir. Dan aku,, Masih menimang jasad cinta Dalam sadar Dalam kelu Kuturuni tanga keretaku Dalam tatih tertahan di Solo biru Sayup terdengar nyanyian Bon Iver Paksaku ikuti tempo sendu “Come on skinny love, just last the year Pour a little salt, we were never here My, my, my, my, my, my, my, my Staring at the sink of blood and crushed veneer ……………………. …………………….”

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Beri Nilai Samar terdengar nyanyian sang mendung Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung “Apakah matahari sempatkan sengatkan bara Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara” Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar Menyakitkan! Tergadang pada sesenggukan tertahan Semacam petir bersembunyi di singgasana awan Tak terlihat Namun menyimpan ratusan ribu megawatt Kuhempaskan punggung, menengadah suram Bayangnya, ya bayangnya Cintanya, ya cintanya. Oh, cintaku, mana cintaku??! Terlempar kenang ketika dia katakan, “Ada cinta megah menghampiriku. Warnanya bukan biru, tapi merah jambu. Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan… Tak mampu kuhindari tiap percikan.” “Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih.. “Wajahku terlihat sedih, bukan? Tapi hatiku merona Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam. Tak tenang, tapi tenang…” :Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih…. “Tak usah kau sembabkan mata. Bukankah kau seharusnya juga bahagia? Berbilang, hari, bulan, tahun… Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama. Terang di malam hari Siang lenyap dalam surya.” “Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati… Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap Menyadarkan lelamun pada kesan silam Menoktah bekas meski dia telah lenyap Jejak itu nyata mengusung kelam. Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku? Aku tak tahu…. Hanya sebuah cinta baru telah lahir, Dalam perjuanganku yang telah berakhir. Dan aku,, Masih menimang jasad cinta Dalam sadar Dalam kelu Kuturuni tanga keretaku Dalam tatih tertahan di Solo biru Sayup terdengar nyanyian Bon Iver Paksaku ikuti tempo sendu “Come on skinny love, just last the year Pour a little salt, we were never here My, my, my, my, my, my, my, my Staring at the sink of blood and crushed veneer ……………………. …………………….”

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com

Wednesday, April 3, 2013

Resep Hidup Bahagia

Bagiku kebahagiaan bisa diraih dengan cara yang sederhana saja
Cukup nikmati alunan musik Arabika
sambil membaca kisah-kisah romansa
atau menulis syair tentang cinta

Tak perlu berhayal jadi wali kota
apa lagi pejabat kaya raya
yang di mana-mana punya istri muda
Tak perlu berhayal jadi artis ternama
finalis Indonesian idol misalnya
yang dielu-elukan sini sana
Tak perlu berhayal jadi hakim, perwira
atau eksekutif muda
yang sebulan gaji berjuta-juta
Tak perlu berhayal jadi menantu
seorang kyai atau ulama
yang musti kuasai dulu ihya' dan alfiya

Bagiku kebahagiaan bisa diraih
dengan cara yang sederhana saja
Cukup jalani hari sebagaimanamestinya
sambil memahat niat demi ridla semata
lalu tunaikan hidup dengan kentara

Perkara berhasil atau tidak
terserah Dia berkehendak