Tuesday, April 16, 2013

DOA KALBU

Dimalam penuh bintang
Di atas sajadah yang kubentang
Sedu sedan sendiri
Mengaduh pada Yang Maha Kuasa
Betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
Urat nadi pun tahu aku hampa..

Di malam penuh bintang
Di bawah sinar bulan purnama
Kupasrahkan semua
Keluh kesah yang aku rasa
Sesak dadaku
Menangis pilu
Saat ku urai dosa-dosaku..
Dihadapan-MU ku tiada artinya............

Doa kalbu tak bisa aku bendung
Deras bak hujan di gunung sahara
Hatiku yang gersang........
Terasa oleh tenteram...

Hanya Engkau yang tahu siapa aku
Tetapkanlah seperti malam ini
Sucikan diriku selama-lamanya.......

Samar terdengar nyanyian sang mendung

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Samar terdengar nyanyian sang mendung Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung “Apakah matahari sempatkan sengatkan bara Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara” Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar Menyakitkan! Tergadang pada sesenggukan tertahan Semacam petir bersembunyi di singgasana awan Tak terlihat Namun menyimpan ratusan ribu megawatt Kuhempaskan punggung, menengadah suram Bayangnya, ya bayangnya Cintanya, ya cintanya. Oh, cintaku, mana cintaku??! Terlempar kenang ketika dia katakan, “Ada cinta megah menghampiriku. Warnanya bukan biru, tapi merah jambu. Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan… Tak mampu kuhindari tiap percikan.” “Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih.. “Wajahku terlihat sedih, bukan? Tapi hatiku merona Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam. Tak tenang, tapi tenang…” :Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih…. “Tak usah kau sembabkan mata. Bukankah kau seharusnya juga bahagia? Berbilang, hari, bulan, tahun… Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama. Terang di malam hari Siang lenyap dalam surya.” “Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati… Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap Menyadarkan lelamun pada kesan silam Menoktah bekas meski dia telah lenyap Jejak itu nyata mengusung kelam. Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku? Aku tak tahu…. Hanya sebuah cinta baru telah lahir, Dalam perjuanganku yang telah berakhir. Dan aku,, Masih menimang jasad cinta Dalam sadar Dalam kelu Kuturuni tanga keretaku Dalam tatih tertahan di Solo biru Sayup terdengar nyanyian Bon Iver Paksaku ikuti tempo sendu “Come on skinny love, just last the year Pour a little salt, we were never here My, my, my, my, my, my, my, my Staring at the sink of blood and crushed veneer ……………………. …………………….”

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.comdimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..

di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............

doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...

hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......

DOA KALBUKU......
dimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..

di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............

doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...

hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......

DOA KALBUKU......

Samar terdengar nyanyian sang mendung Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung “Apakah matahari sempatkan sengatkan bara Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara” Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar Menyakitkan! Tergadang pada sesenggukan tertahan Semacam petir bersembunyi di singgasana awan Tak terlihat Namun menyimpan ratusan ribu megawatt Kuhempaskan punggung, menengadah suram Bayangnya, ya bayangnya Cintanya, ya cintanya. Oh, cintaku, mana cintaku??! Terlempar kenang ketika dia katakan, “Ada cinta megah menghampiriku. Warnanya bukan biru, tapi merah jambu. Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan… Tak mampu kuhindari tiap percikan.” “Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih.. “Wajahku terlihat sedih, bukan? Tapi hatiku merona Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam. Tak tenang, tapi tenang…” :Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih…. “Tak usah kau sembabkan mata. Bukankah kau seharusnya juga bahagia? Berbilang, hari, bulan, tahun… Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama. Terang di malam hari Siang lenyap dalam surya.” “Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati… Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap Menyadarkan lelamun pada kesan silam Menoktah bekas meski dia telah lenyap Jejak itu nyata mengusung kelam. Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku? Aku tak tahu…. Hanya sebuah cinta baru telah lahir, Dalam perjuanganku yang telah berakhir. Dan aku,, Masih menimang jasad cinta Dalam sadar Dalam kelu Kuturuni tanga keretaku Dalam tatih tertahan di Solo biru Sayup terdengar nyanyian Bon Iver Paksaku ikuti tempo sendu “Come on skinny love, just last the year Pour a little salt, we were never here My, my, my, my, my, my, my, my Staring at the sink of blood and crushed veneer ……………………. …………………….”

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Samar terdengar nyanyian sang mendung Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung “Apakah matahari sempatkan sengatkan bara Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara” Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar Menyakitkan! Tergadang pada sesenggukan tertahan Semacam petir bersembunyi di singgasana awan Tak terlihat Namun menyimpan ratusan ribu megawatt Kuhempaskan punggung, menengadah suram Bayangnya, ya bayangnya Cintanya, ya cintanya. Oh, cintaku, mana cintaku??! Terlempar kenang ketika dia katakan, “Ada cinta megah menghampiriku. Warnanya bukan biru, tapi merah jambu. Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan… Tak mampu kuhindari tiap percikan.” “Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih.. “Wajahku terlihat sedih, bukan? Tapi hatiku merona Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam. Tak tenang, tapi tenang…” :Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih…. “Tak usah kau sembabkan mata. Bukankah kau seharusnya juga bahagia? Berbilang, hari, bulan, tahun… Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama. Terang di malam hari Siang lenyap dalam surya.” “Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati… Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap Menyadarkan lelamun pada kesan silam Menoktah bekas meski dia telah lenyap Jejak itu nyata mengusung kelam. Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku? Aku tak tahu…. Hanya sebuah cinta baru telah lahir, Dalam perjuanganku yang telah berakhir. Dan aku,, Masih menimang jasad cinta Dalam sadar Dalam kelu Kuturuni tanga keretaku Dalam tatih tertahan di Solo biru Sayup terdengar nyanyian Bon Iver Paksaku ikuti tempo sendu “Come on skinny love, just last the year Pour a little salt, we were never here My, my, my, my, my, my, my, my Staring at the sink of blood and crushed veneer ……………………. …………………….”

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Beri Nilai Samar terdengar nyanyian sang mendung Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung “Apakah matahari sempatkan sengatkan bara Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara” Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar Menyakitkan! Tergadang pada sesenggukan tertahan Semacam petir bersembunyi di singgasana awan Tak terlihat Namun menyimpan ratusan ribu megawatt Kuhempaskan punggung, menengadah suram Bayangnya, ya bayangnya Cintanya, ya cintanya. Oh, cintaku, mana cintaku??! Terlempar kenang ketika dia katakan, “Ada cinta megah menghampiriku. Warnanya bukan biru, tapi merah jambu. Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan… Tak mampu kuhindari tiap percikan.” “Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih.. “Wajahku terlihat sedih, bukan? Tapi hatiku merona Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam. Tak tenang, tapi tenang…” :Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih…. “Tak usah kau sembabkan mata. Bukankah kau seharusnya juga bahagia? Berbilang, hari, bulan, tahun… Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama. Terang di malam hari Siang lenyap dalam surya.” “Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati… Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap Menyadarkan lelamun pada kesan silam Menoktah bekas meski dia telah lenyap Jejak itu nyata mengusung kelam. Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku? Aku tak tahu…. Hanya sebuah cinta baru telah lahir, Dalam perjuanganku yang telah berakhir. Dan aku,, Masih menimang jasad cinta Dalam sadar Dalam kelu Kuturuni tanga keretaku Dalam tatih tertahan di Solo biru Sayup terdengar nyanyian Bon Iver Paksaku ikuti tempo sendu “Come on skinny love, just last the year Pour a little salt, we were never here My, my, my, my, my, my, my, my Staring at the sink of blood and crushed veneer ……………………. …………………….”

Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com

No comments:

Post a Comment