Di atas sajadah yang kubentang
Sedu sedan sendiri
Mengaduh pada Yang Maha Kuasa
Betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
Urat nadi pun tahu aku hampa..
Di malam penuh bintang
Di bawah sinar bulan purnama
Kupasrahkan semua
Keluh kesah yang aku rasa
Sesak dadaku
Menangis pilu
Saat ku urai dosa-dosaku..
Dihadapan-MU ku tiada artinya............
Doa kalbu tak bisa aku bendung
Deras bak hujan di gunung sahara
Hatiku yang gersang........
Terasa oleh tenteram...
Hanya Engkau yang tahu siapa aku
Tetapkanlah seperti malam ini
Sucikan diriku selama-lamanya.......
Samar terdengar nyanyian sang mendung
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Samar terdengar nyanyian sang mendung
Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung
“Apakah matahari sempatkan sengatkan bara
Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara”
Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar
Menyakitkan!
Tergadang pada sesenggukan tertahan
Semacam petir bersembunyi di singgasana awan
Tak terlihat
Namun menyimpan ratusan ribu megawatt
Kuhempaskan punggung, menengadah suram
Bayangnya, ya bayangnya
Cintanya, ya cintanya.
Oh, cintaku, mana cintaku??!
Terlempar kenang ketika dia katakan,
“Ada cinta megah menghampiriku.
Warnanya bukan biru, tapi merah jambu.
Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan…
Tak mampu kuhindari tiap percikan.”
“Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih..
“Wajahku terlihat sedih, bukan?
Tapi hatiku merona
Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam.
Tak tenang, tapi tenang…”
:Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih….
“Tak usah kau sembabkan mata.
Bukankah kau seharusnya juga bahagia?
Berbilang, hari, bulan, tahun…
Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama.
Terang di malam hari
Siang lenyap dalam surya.”
“Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati…
Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap
Menyadarkan lelamun pada kesan silam
Menoktah bekas meski dia telah lenyap
Jejak itu nyata mengusung kelam.
Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku?
Aku tak tahu….
Hanya sebuah cinta baru telah lahir,
Dalam perjuanganku yang telah berakhir.
Dan aku,,
Masih menimang jasad cinta
Dalam sadar
Dalam kelu
Kuturuni tanga keretaku
Dalam tatih tertahan di Solo biru
Sayup terdengar nyanyian Bon Iver
Paksaku ikuti tempo sendu
“Come on skinny love, just last the year
Pour a little salt, we were never here
My, my, my, my, my, my, my, my
Staring at the sink of blood and crushed veneer
…………………….
…………………….”
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.comdimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..
di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............
doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...
hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......
DOA KALBUKU......
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.comdimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..
di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............
doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...
hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......
DOA KALBUKU......
dimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..
di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............
doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...
hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......
DOA KALBUKU......
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..
di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............
doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...
hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......
DOA KALBUKU......
Samar terdengar nyanyian sang mendung
Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung
“Apakah matahari sempatkan sengatkan bara
Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara”
Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar
Menyakitkan!
Tergadang pada sesenggukan tertahan
Semacam petir bersembunyi di singgasana awan
Tak terlihat
Namun menyimpan ratusan ribu megawatt
Kuhempaskan punggung, menengadah suram
Bayangnya, ya bayangnya
Cintanya, ya cintanya.
Oh, cintaku, mana cintaku??!
Terlempar kenang ketika dia katakan,
“Ada cinta megah menghampiriku.
Warnanya bukan biru, tapi merah jambu.
Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan…
Tak mampu kuhindari tiap percikan.”
“Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih..
“Wajahku terlihat sedih, bukan?
Tapi hatiku merona
Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam.
Tak tenang, tapi tenang…”
:Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih….
“Tak usah kau sembabkan mata.
Bukankah kau seharusnya juga bahagia?
Berbilang, hari, bulan, tahun…
Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama.
Terang di malam hari
Siang lenyap dalam surya.”
“Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati…
Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap
Menyadarkan lelamun pada kesan silam
Menoktah bekas meski dia telah lenyap
Jejak itu nyata mengusung kelam.
Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku?
Aku tak tahu….
Hanya sebuah cinta baru telah lahir,
Dalam perjuanganku yang telah berakhir.
Dan aku,,
Masih menimang jasad cinta
Dalam sadar
Dalam kelu
Kuturuni tanga keretaku
Dalam tatih tertahan di Solo biru
Sayup terdengar nyanyian Bon Iver
Paksaku ikuti tempo sendu
“Come on skinny love, just last the year
Pour a little salt, we were never here
My, my, my, my, my, my, my, my
Staring at the sink of blood and crushed veneer
…………………….
…………………….”
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Samar terdengar nyanyian sang mendung
Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung
“Apakah matahari sempatkan sengatkan bara
Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara”
Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar
Menyakitkan!
Tergadang pada sesenggukan tertahan
Semacam petir bersembunyi di singgasana awan
Tak terlihat
Namun menyimpan ratusan ribu megawatt
Kuhempaskan punggung, menengadah suram
Bayangnya, ya bayangnya
Cintanya, ya cintanya.
Oh, cintaku, mana cintaku??!
Terlempar kenang ketika dia katakan,
“Ada cinta megah menghampiriku.
Warnanya bukan biru, tapi merah jambu.
Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan…
Tak mampu kuhindari tiap percikan.”
“Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih..
“Wajahku terlihat sedih, bukan?
Tapi hatiku merona
Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam.
Tak tenang, tapi tenang…”
:Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih….
“Tak usah kau sembabkan mata.
Bukankah kau seharusnya juga bahagia?
Berbilang, hari, bulan, tahun…
Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama.
Terang di malam hari
Siang lenyap dalam surya.”
“Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati…
Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap
Menyadarkan lelamun pada kesan silam
Menoktah bekas meski dia telah lenyap
Jejak itu nyata mengusung kelam.
Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku?
Aku tak tahu….
Hanya sebuah cinta baru telah lahir,
Dalam perjuanganku yang telah berakhir.
Dan aku,,
Masih menimang jasad cinta
Dalam sadar
Dalam kelu
Kuturuni tanga keretaku
Dalam tatih tertahan di Solo biru
Sayup terdengar nyanyian Bon Iver
Paksaku ikuti tempo sendu
“Come on skinny love, just last the year
Pour a little salt, we were never here
My, my, my, my, my, my, my, my
Staring at the sink of blood and crushed veneer
…………………….
…………………….”
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Beri Nilai
Samar terdengar nyanyian sang mendung
Bergelayut mata pada kelopak hendak merundung
“Apakah matahari sempatkan sengatkan bara
Pada kalbu yang mengejang gigil dalam lara”
Sebait nyanyian kuhempas lalu, tak ingin kudengar
Menyakitkan!
Tergadang pada sesenggukan tertahan
Semacam petir bersembunyi di singgasana awan
Tak terlihat
Namun menyimpan ratusan ribu megawatt
Kuhempaskan punggung, menengadah suram
Bayangnya, ya bayangnya
Cintanya, ya cintanya.
Oh, cintaku, mana cintaku??!
Terlempar kenang ketika dia katakan,
“Ada cinta megah menghampiriku.
Warnanya bukan biru, tapi merah jambu.
Menyelip bagai air menggagas pori bebatuan…
Tak mampu kuhindari tiap percikan.”
“Ini yang kutakutkan.” Tukasku lirih..
“Wajahku terlihat sedih, bukan?
Tapi hatiku merona
Seolah dedaunan mengambang di tepi kolam.
Tak tenang, tapi tenang…”
:Ini yang kutakutkan…” Ujarku, semakin lirih….
“Tak usah kau sembabkan mata.
Bukankah kau seharusnya juga bahagia?
Berbilang, hari, bulan, tahun…
Cinta luar biasa bak cerita di bulan purnama.
Terang di malam hari
Siang lenyap dalam surya.”
“Ini yang kutakutkan…” Bisikku, dalam hati…
Keretaku berhenti dalam perlambatan sekejap
Menyadarkan lelamun pada kesan silam
Menoktah bekas meski dia telah lenyap
Jejak itu nyata mengusung kelam.
Aku bunuh cintamu, atau kau bunuh cintaku?
Aku tak tahu….
Hanya sebuah cinta baru telah lahir,
Dalam perjuanganku yang telah berakhir.
Dan aku,,
Masih menimang jasad cinta
Dalam sadar
Dalam kelu
Kuturuni tanga keretaku
Dalam tatih tertahan di Solo biru
Sayup terdengar nyanyian Bon Iver
Paksaku ikuti tempo sendu
“Come on skinny love, just last the year
Pour a little salt, we were never here
My, my, my, my, my, my, my, my
Staring at the sink of blood and crushed veneer
…………………….
…………………….”
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
Sumber: http://syaircinta.com/ketika-cinta-membunuh-cinta/
Content is courtessy of syaircinta.com
No comments:
Post a Comment